Belakangan ini cuaca di dalam negeri memang tidak bersahabat. Fenomena itu bukan hanya menyebabkan berbagai bencana banjir dan longsor, Ttapi juga membuat muram sebagian usaha agribisnis. Salah satu contohnya yang kini dialami sebagian petani apel di Batu Jawa Timur. Hujam yang terjadi terus menerus di kawasan itu telah mengancam gagal panen.
“Hujan yang berlangsung hampir sepanjang tahun membuat petani sulit melakukan prediksi, sehingga pohon apel menjadi tidah berbuah,” ujar Sugeng Subagyo, petani apel di Desa Pesanggrahan Kota Batu.
Menurut dia frekuensi hujan yang lebih tinggi dibanding cuaca panas membuat pohon apel susah berbunga dengan optimal, bahkan banyak yang gugur sebelum menjadi buah apel. Akibatnya tanaman yang diperkirakan akan berbuah sekitar 3-4 bulan ke depan gagal.
Sementara itu untuk memulai dari awal lagi supaya menjadi bunga kemudian berbuah membutuhkan waktunya tak kurang 3-5 bulan lagi. “Jadi petani rugi waktu dan biaya,” ujar Sugeng.
Tingkat kerugian petani ini bervariasi antara Rp20 juta hingga Rp25 juta per hektare. “Kalau saya rugi sekitar Rp7 jutaan karena arealnya tidak sampai satu hektare,” ujarnya.
Padahal jika kondisi cuaca normal, apel ini tergolong tanaman yang tidak mengenal musim. Biasanya, dalam satu tahun pohon apel bisa berbuah sebanyak dua kali yakni untuk jenis Rome Beauty, Anna, Manalagi, dan Wangling.
Hj. Astuti, salah seorang pedagang apel di Pasar Buah Kota Batu, mengatakan akibat gagal panen, membuat stok apel di pasaran menjadi minim. Akibatnya harga apel melonjak tajam. “Saat ini buah apel Manalagi misalnya yang biasanya hanya Rp15.000 per kg naik menjadi Rp20.000-Rp25.000 per kg,” tambah dia.
Tidak hanya itu, permintaan apel juga meningkat, sementara stok apel yang tersedia relatif minim. Pedagang juga cukup kesulitan mencari stok barang. Karena daerah penghasil apel di luar Batu seperti Kecamatan Pujon, Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, juga mengalami kondisi yang sama.(dw)
Sumber berita:http://www.bisnis-jatim.com/?p=9044
0 comments:
Post a Comment