Tuesday, June 21, 2011

Sejak awal 2011 sapi betina mendominasi pasar, sekitar 80 % sapi yang dipotong saat ini adalah betina. Seakan melengkapi tekanan pada agroindustri sapi dalam negeri akibat luberan daging impor

Posted by agrobisnisindonesia |

Banjir daging sapi impor (beku) di pasaran dituding jadi sebab utama tertekannya harga sapi peternak lokal. Ujung dari kisruh ini, blantik(pedagang sapi)cenderung emoh membeli sapi jantan dari peternak dan lebih memilih sapi betina. Pasalnya, harga sapi betina lebih murah sehingga karkasnya relatif bersaing dengan harga daging beku dari luar.
Menurut informasi dari Forum Komunikasi Peternak Sapi Potong Jawa Timur, saat ini sapi betina dihargai Rp 17.000 per kg bobot hidup, sementara jantan di kisaran Rp 19.000 – 20.000. ”Idealnya harga sapi lokal Rp 22.000 – 23.000 agar peternak mendapat margin yang baik,” imbuh Budi Agustomo, si ketua forum.
Tak jauh berbeda yang terjadi di DI Jogjakarta. Harga sapi betina Rp 18.000 per kg bobot hidup. Sementara di pasar tradisional yang umumnya jual beli dengan sistem taksiran atau jogrogan, sapi betina diperdagangkan di kisaran Rp 4 juta per ekor, sedangkan jantan Rp 6 juta.
Wiku, seorang peternak sekaligus pedagang sapi di Jogjakarta, mengantongi data kasar yang menunjukkan sepanjang pertengahan sampai akhir 2010 masih banyak sapi jantan di pasaran Jogja. Tetapi sejak awal 2011, sapi betina mendominasi pasar sapi. Ia menyebut, kisaran 80 % sapi yang dipotong saat ini adalah betina.
Fakta ini kemudian menimbulkan pertanyaan, bagaimana nasib program swasembada daging sapi 2015? Alih-alih populasi sapi meningkat, sapi betina produktif sebagai ”mesin” penghasil sapi marak dipotong.
 
Sumber Berita:http://www.trobos.com/show_article.php?rid=4&aid=2896

0 comments:

Post a Comment