Tuesday, June 21, 2011

Pada saat produksi sedang tinggi ternyata pasar tak mampu menyerap

Posted by agrobisnisindonesia |

Telepon genggam Ade Hidayat siang itu berdering cukup sering. Kali ini, di ujung telepon, terdengar suara pria menanyakan benih patin. Tapi, “Benih patin sedang kosong karena baru dikirim ke luar Jawa,” jawab Ade sejurus kemudian.
Beberapa  waktu terakhir ini, Ade yang pembenih ikan patin dari Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat,  mengaku cukup kewalahan memenuhi permintaan benih patin. Di Sukabumi saja misalnya, permintaan baru bisa dipenuhi sekitar 50 %. Itu pun terkadang harus membeli dari daerah lain seperti dari Parung – Bogor dan Subang. “Kita selalu berupaya mencari benih, yang penting permintaan terpenuhi dengan standar benih yang kita mau,” jelas Ade kepada TROBOS beberapa waktu lalu di lokasi pembenihan miliknya.
Belum lagi permintaan benih patin dari luar Jawa yang baru bisa terpenuhi sekitar 30 %. Dirinya pun mengaku baru bisa memenuhi permintaan tersebut sekitar 100 ribu ekor per bulan. Menurut Ade, usaha pembenihan patin ini sangat potensial karena tidak ada istilah kelebihan produksi benih, yang ada malah kekurangan terus.
Tapi, bisnis itu selama ini terkendala dengan cara pembenihan patin yang cukup rumit. “Membenihkan patin itu harus betul-betul ahli dan kerja ekstra dalam mengurusnya. Setiap jam harus dipantau karena jika ada perubahan suhu sedikit saja dan tidak sesuai antara 28 – 30 0C akan berpengaruh dan induk patin kondisinya akan menurun,” terang pria yang mengaku usahanya beromset sekitar 10 juta per bulan ini.
Kondisi sebaliknya terjadi pada pembesaran patin. Ketika pembesaran patin digenjot meningkat sekitar 64 % pada pertengahan 2010 lalu, ternyata pasar di tanah air keteteran.  “Patin di pasar Sumatera, Kalimantan, dan Jawa sudah mulai tapi tidak sepesat lele sehingga patin tidak terserap. Padahal pembudidaya telah memelihara sekitar 6 bulan. Ditambah lagi margin keuntungan budidaya patin ini tipis dan karena tingginya biaya pakan yang mencapai 70 % dari biaya produksi,“ terang Direktur Produksi – Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan Budidaya – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Iskandar Ismanadji secara terpisah.

Di sisi lain, patin justru laris manis di pasar luar negeri. Simak saja data dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP, peluang pasar ekspor patin menganga lebar. Uni Eropa membutuhkan sekitar 230 ribu ton, Rusia 125 ribu ton, Ukraina 75 ribu ton, Mesir 26 ribu ton, dan Amerika Serikat 25 ribu ton per tahunnya!


Sumber Berita:http://www.trobos.com/show_article.php?rid=12&aid=2955

0 comments:

Post a Comment