Saturday, July 2, 2011

Belanja “Air Mata Sang Dewi Membatu”

Posted by agrobisnisindonesia |

Bila Anda penikmat perhiasan bertatahkan mutiara, jalan-jalanlah ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di sana dapat dijumpai puluhan gerai yang menyediakan butiran-butiran berkilau yang berasal dari mantel kerang mutiara. Benda kesukaan orang berkelas yang dilegendakan sebagai air mata sang dewi yang membatu itu terdiri atas berbagai jenis, mulai jenis south sea dari dasar laut tropis, salt sea dari air payau, air tawar, sampai mutiara hitam dari Tahiti.Saat bertandang ke Jalan Ahmad Yani, Selag Alas, Mataram, Tempo mampir di salah satu gerai ternama: butik Lombok Pearl Collection. Di sana semua jenis perhiasan terpajang apik. Inilah butik yang buka 365 hari dalam setahun alias tak ada hari libur, buka pukul 09.00 hingga 18.00 waktu Indonesia bagian tengah.
Jalan Ahmad Yani merupakan salah satu lokasi yang mudah dijangkau karena berada di jalur strategis antara kawasan wisata Senggigi di Lombok Barat dan obyek tenunan Sukarara serta indahnya perairan Teluk An di Lombok Tengah.
Sedikitnya ada 35 pedagang retail yang memiliki sertifikat keaslian mutiara. Enam gerai masuk kategori wah. “Pangsa pasarnya untuk high class,” kata koordinator pedagang retail di Nusa Tenggara Barat, Sri Suhada.
Adapun Lombok Pearl Collection merupakan salah satu butik mutiara yang diminati pemburu mutiara. Pemilik Lombok Pearl Collection, Lalu Rizvi, mengatakan sejak 2001 kehadiran butiknya yang berukuran 100 meter persegi itu untuk menawarkan barang bagi segmen kelas menengah-atas dengan kualitas unggul.
Ada seuntai kalung berisi 38 butir mutiara yang dibuka dengan harga Rp 42 juta. Ini dihitung dari berat dan grade-nya yang bernilai A. Atau sebuah anting berangka emas yang harganya US$ 500. Tapi ada juga sebuah cincin mutiara yang bisa dibeli dengan harga hanya Rp 100 ribu.
Dalam sehari, kata Rizvi, gerainya bisa kedatangan 30 pengunjung. Jumlahnya akan bertambah dua-tiga kali lipat pada hari libur atau akhir pekan. ”Omzetnya bisa sampai semiliar rupiah setahun. Tergantung kedatangan wisatawan,” kata Rizvi .(Koran Tempo).
Meski gerainya menjadi incaran turis asing, Rizvi mengakui wisatawan yang paling banyak memborong barang dagangannya tetap dari dalam negeri. “Kebanyakan dari Jakarta,” kata Rizvi.
Masa-masa paling menyenangkan buat para pedagang, ujar Rizvi, adalah saat para pejabat pegawai negeri maupun swasta melakukan kunjungan kerja atau pertemuan nasional di Senggigi. “Saat itulah seorang pembeli bisa memborong sampai 1.000 dolar Amerika,” katanya.
Tentu dia harus memanjakan pembeli dengan menyediakan fasilitas mesin penggesek “uang plastik” Visa, Master Card, dan American Express. “Memanjakan dan memudahkan transaksi, semua fasilitas kami siapkan.”
Untuk keperluan jualannya itu, Rizvi mendapatkan mutiaranya dari pemasok yang juga membantu konsultasi tren model rangka perhiasan yang sedang diminati dari Eropa dan Asia. Umumnya, rangka kalung atau anting-anting terbuat dari emas putih ataupun perak, adapun pekerjanya tinggal memadukan dengan mutiara.
Seputar Industri Mutiara
Di Jalan Jenderal Sudirman, Sayang-sayang, juga ada M & L Pearls Collection. Gerai yang baru setahun membuka usahanya itu luasnya 120 meter persegi dengan tanah seluas 4 hektare.
Menurut Haji Awan, anggota staf pada M & L Pearls Collection, gerainya menyediakan kalung rantai silver atau emas putih bentuk sliding seharga Rp 1 juta, gelang Rp 6 juta, dan cincin Rp 3 juta. Ada pula bentuk grading yang butiran mutiaranya bersusun tiga, ditawarkan Rp 6 juta.
“Bisa diskon sampai 10 persen,” ujar Awan. M & L juga melayani pembelian butiran mutiara yang beratnya 1-4 gram, yang harga per gramnya Rp 300 ribu. “Yang paling menyenangkan, kalau yang berbelanja dari luar daerah, banyak memborongnya,” ujar Awan.
Sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Mataram, ada kawasan penjualan mutiara bernama Sekarbela. Di sepanjang jalan di kelurahan perajin emas itu terdapat kawasan pertokoan emas dan mutiara. Di sanalah para tamu daerah yang beracara maupun berlibur datang untuk berbelanja barang perhiasan emas dan mutiara.
Sedikitnya ada 70 pengusaha yang berada di sepanjang Jalan Sultan Kaharudin yang menyebar di Lingkungan Pande Mas, Pande Besi, dan Gang Fathony.
Sebenarnya, investor budi daya mutiara tersebut mengekspor produksinya ke Jepang. Itu kalau satu butir mutiara yang dihasilkannya bisa berukuran 4-5 gram. Kalau produksinya di bawah standar, dilempar ke pasar lokal.
Di luar berat emasnya, mutiara-mutiara ini dihargai Rp 200 ribu jingga Rp 1,5 juta per gram. “Ini dijamin, ada sertifikat asli air laut. Supaya yang belanja tidak ragu-ragu,” kata Haji Sarhan, pemilik toko Ilham.
Namun, untuk sekadar sebagai oleh-oleh yang murah, ada pula perhiasan mutiara yang harganya terjangkau. Misalnya bros berbagai model dari bahan stainless steel seharga Rp 12-15 ribu. Atau seuntai kalung bermutiara air tawar seharga Rp 25 ribu. Semakin berkualitas, air mata sang dewi yang membatu itu semakin bergengsi.

Mutiara Terbagus di Dunia

Ingat mutiara, ingat Lombok. Sejak 1990 di pulau di Nusa Tenggara Barat itu bermunculan pengusaha industri kerajinan perhiasan mutiara. Pasar mutiara makin berkilau sejak banyaknya wisatawan lokal dan mancanegara berpelesir ke Mataram.
Pada 2007, hasil ekspor NTB terbesar setelah konsentrat tembaga hasil tambang PT Newmont Nusa Tenggara adalah mutiara, yang dihasilkan dari 28 perusahaan budi daya mutiara di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Mutiara yang diekspor ke Jepang, Australia, Italia, dan Hong Kong mencapai 0,47 ton, bernilai US$ 4.012.997,929.
Di NTB terdapat 35 perusahaan budi daya mutiara yang dilakukan di perairan Pulau Lombok dan Sumbawa. Banyaknya perusahaan yang melakukan usaha budi daya mutiara ini lantaran lingkungan perairan lautnya masih bersih. NTB memiliki potensi area budi daya mutiara seluas 25 ribu hektare yang berpotensi produksi 3,72 ton
Kualitas ekspor mutiara digolongkan dalam lima grade yang didasarkan pada lima faktor: ukuran, bentuk, warna, sinar, dan mulusnya permukaan. ”Warnanya kuning, ukurannya 10 milimeter dan bundar tidak ada cacatnya, itu kelas A,” kata Francesco Bruno, Direktur Utama PT Autore Pearl Culture. Jika tidak terlalu bersih, dikategorikan B1.
”Mutiara di sini terbagus di dunia, karena bercahaya. Dihasilkan dari laut yang bersih. kata Farida Ellyana, Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTB. Jepang saja, yang awalnya menerjunkan pekerja teknisi operasional budi daya mutiara, kini malah banyak mendapat kiriman dari NTB. ”Jepang saja ambil dari sini,” ujar Farida.

Persaingan dari Cina

Produk-produk mutiara ini khususnya mutiara air tawar mulai mendapat saingan dari cina. Dari seorang pedagang mutiara di jakarta disebutkan bahwa mereka mulai berpaling ke produk mutiara dari Cina karena lebih murah harganya. sehingga yang semula dia mengambil produk dari rekanan di Lombok sekarang mulai mencoba produk Cina.
Untuk mengatasi hal ini para pembudidaya mutiara haruslah menkankan pada aspek kualitas dan pelayanan yang prima. Seperti yang sudah-sudah produk dari china mempunyai keunggulan di harga yang murah akan tetapi umumnya mereka melalaikan kualitas produk. disinilah celah bagi pembudidaya mutiara lokal untuk membendung serbuan produk mutiara dari cina.
Sumber berita:http://bisnisukm.com/belanja-air-mata-sang-dewi-yang-membatu.html

1 comments:

Alan Curtis said...

Saya ingin berkongsi dengan anda semua di sini tentang bagaimana saya mendapat pinjaman saya dari Encik Benjamin yang membantu saya dengan pinjaman sebanyak 400,000.00 Euro untuk memperbaiki perniagaan saya. Ia mudah dan cepat apabila saya memohon pinjaman apabila keadaan semakin kasar dengan perniagaan saya. Benjamin memberi pinjaman saya tanpa berlengah-lengah. di sini adalah e-mel Benjamin / e-mel kenalan: +1 989-394-3740, lfdsloans@outlook.com.

Post a Comment